Kepada :
Yth. Rektor IPB
Assalamu’alaikum wr.wb……
Gayamu tak selembut sutera
Tuturmu tak seindah
kelopak bunga
Tapi Pengabdianmu
pada keluarga
Laksana matahari
terangi jagat raya
Mahkota bukan
senjatamu
Kursi raja bukan
obsesimu
Hanya jujur jadi
prinsipmu
dan Tanggung jawab
jadi kekuatanmu
hai...Laki-laki
panutan
Tiap tindakmu
tertanam didadaku
Tiap langkahmu
terpatri disanubariku
Ayah...Kaulah
Kebanggaanku
Panutan Hidupku
Salam
hormat dari saya sebagai salah satu mahasisiwi di Kampus Rakyat. Puisi di atas
mungkin adalah sebuah pembuka dari saya. Puisi tersebut merupakan puisi favorit
saya yang selalu saya tujukan pada ayah saya. Akan tetapi sekarang saya tujukan
puisi tersebut untuk Anda ayahku di Kampus ini, sosok pemimpin dan panutan di
sebuah keluarga kecil Institut Pertanian Bogor. Memang benar, bukan sebuah
kebohongan bahwa Anda adalah sosok yang saya jadikan sebagai panutan dan
kebanggan di Kampus ini. Saya selalu antusias dan senang melihat keberadaan
Anda di setiap acara. Mungkin Anda tidak mengenal saya, tapi perlu Anda ketahui
bahwa saya adalah salah satu pengagum Anda di Kampus ini.
Ayah memang orang tua yang harus
selalu di hormati, setiap keputusannya adalah sebuah pemikiran panjang yang
sudah dipikirkan dengan matang. Setiap
keputusannya adalah hal besar yang akan mempengaruhi bagian dari
keluarganya. Tapi orang tua terkadang lupa, orang tua mungkin terkadang merasa
semakin lelah sehingga perlu ada bagian dari keluarganya yang mengingatkan dan
memberi tahu. Apalagi dari seorang anak karena keluarga yang utuh akan tercipta
apabila terdapat rasa saling menolong dan peduli terhadap keluarganya yang
lain.
Pak Rektor yang saya hormati dan saya
banggakan, Anda begitu mempesona sebagai seorang ayah di Kampus ini. Jujur ada
hal yang ingin saya sampaikan kepada Anda, atau istilah gaulnya mungkin saya
ingin sedikit “curhat” kepada Anda.
Lingkungan kampus merupakan bagian
dari kehidupan saya sekarang. Separuh dari hidup saya saat ini banyak saya
habiskan di Kampus ini. Ada hal yang selama ini membuat hati saya merasa miris
dan merasa sedikit “tergelitik” melihat lingkungan di sekitar kampus. Hal
tersebut berkaitan dengan sampah dan tong sampah di kampus kita. Jujur IPB
katanya kampus hijau, tapi memang terlihat buruk sekali dengan banyaknya sampah
di Kampus ini. Maaf sebelumnya, saya tidak bermaksud menyalahkan Anda karena
masalah sampah ini adalah masalah kita semua. Bukan Anda yang harus bertanggung
jawab terhadap masalah sampah ini. Tapi ini adalah masalah kita semua.
Banyaknya sampah di Kampus ini perlu ada upaya dari semua pihak, perlu adanya
kesadaran dari berbagai pihak dan penghuni di sekitar kampus ini untuk lebih
peduli terhadap lingkungan sekitar.
Tapi ada satu hal yang menyebabkan
sampah di kampus kita ini masih begitu banyak, salah satunya adalah tong
sampah. Nah, inilah yang menyebabkan saya merasa sedikit “tergelitik” karena
minimnya tong sampah di kampus kita. Pernah saya sehabis makan dari dekat
gudang buku, kemudian saya ingin membuang sampah. Saya baru bisa menemukan tong
sampah di sekitar Faperta, Saya pegang terus itu sampah karena sulit sekali
mencari tong sampah di IPB. Hehe….mohon maaf ini sedikit cerita saya pada waktu
itu.
Pernah belum lama kemarin ada beberapa
tamu dari berbagai Universitas lain yang berkunjung ke IPB dalam serangkaian
acara FORCES FAIR, ada beberapa mahasiswa lain yang berkata “Saya nginep selama
dua hari di sini jarang banget liat tong sampah, sampai-sampai saya harus
selalu memasukkan sampah saya ke dalam tas”, ujar salah seorang mahasiswa dari
Universitas lain dengan gurauannya yang khas.
Mendengar itu semua saya merasa sangat malu, karena memang hal itu pula
yang saya rasakan selama berada di Kampus ini. Kita semua, baik itu para
mahasiswa, dosen-dosen, ataupun yang lainnya selain mencanangkan kebersihan
lingkungan, memang harus mengupayakan juga akses menuju lingkungan bersih
tersebut, salah satunya adalah dengan memperbanyak tong sampah di Kampus ini.
Sehingga tidak ada lagi alasan lain yang membuat orang membuang sampah dimana
saja dengan alasan tidak ada tong sampah.
Mungkin itu sedikit curhatan dari saya
kepada Anda, Pak Rektor yang terhormat sebagai ayah di Kampus ini. Saya
berharap Anda bisa bergerak lebih cepat untuk menyelesaikan masalah seperti
ini. Jangan sampai ada anggapan “IPB itu kaya, sekarang pembangunannya
dimana-mana…tapi kok buat membeli banyak tong sampah aja kok repot”. Ini semua
saya sampaikan karena saya dan kita semua tentu ingin membuat kampus kita
semakin baik lagi kedepannya.
Mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan.
Mohon maaf apabila saya banyak kesalahan dalam hal penyampaiannya. Mohon maaf
pula apabila saya menulis surat dengan kurang sopan. Tapi saya sampaikan surat
ini ala kadarnya dengan menganggap bahwa Anda adalah ayah saya. Sehingga
seorang anak bisa mengungkapkan isi hatinya dengan leluasa, tanpa batasan
apapun. Akan tetapi yang terpenting yang perlu Anda ingat bahwa saya selalu
menghormati Anda dan akan selalu bangga pada Anda. Mohon maaf sekali lagi
apabila saya banyak melakukan kesalahan.
Wassalamu’alaikum wr.wb……..
Hormat
saya,
Kiky Fitria Ambarwangi
Hahaha manusia itu dilahirkan salah satunya memang untuk banyak belajar,,,jadi maklum klo tulisannya pun masih berantakkan....
BalasHapus