Rabu, 18 Januari 2012

Surat untuk Rektor IPB (Entah apa yang membawa tulisan ini termasuk kategori 10 surat terbaik)


Kepada :
Yth. Rektor IPB


Assalamu’alaikum wr.wb……

Gayamu tak selembut sutera
Tuturmu tak seindah kelopak bunga
Tapi Pengabdianmu pada keluarga
Laksana matahari terangi jagat raya
Mahkota bukan senjatamu
Kursi raja bukan obsesimu
Hanya jujur jadi prinsipmu
dan Tanggung jawab jadi kekuatanmu
hai...Laki-laki panutan
Tiap tindakmu tertanam didadaku
Tiap langkahmu terpatri disanubariku
Ayah...Kaulah Kebanggaanku
Panutan Hidupku
       Salam hormat dari saya sebagai salah satu mahasisiwi di Kampus Rakyat. Puisi di atas mungkin adalah sebuah pembuka dari saya. Puisi tersebut merupakan puisi favorit saya yang selalu saya tujukan pada ayah saya. Akan tetapi sekarang saya tujukan puisi tersebut untuk Anda ayahku di Kampus ini, sosok pemimpin dan panutan di sebuah keluarga kecil Institut Pertanian Bogor. Memang benar, bukan sebuah kebohongan bahwa Anda adalah sosok yang saya jadikan sebagai panutan dan kebanggan di Kampus ini. Saya selalu antusias dan senang melihat keberadaan Anda di setiap acara. Mungkin Anda tidak mengenal saya, tapi perlu Anda ketahui bahwa saya adalah salah satu pengagum Anda di Kampus ini.
          Ayah memang orang tua yang harus selalu di hormati, setiap keputusannya adalah sebuah pemikiran panjang yang sudah dipikirkan dengan matang. Setiap  keputusannya adalah hal besar yang akan mempengaruhi bagian dari keluarganya. Tapi orang tua terkadang lupa, orang tua mungkin terkadang merasa semakin lelah sehingga perlu ada bagian dari keluarganya yang mengingatkan dan memberi tahu. Apalagi dari seorang anak karena keluarga yang utuh akan tercipta apabila terdapat rasa saling menolong dan peduli terhadap keluarganya yang lain.
          Pak Rektor yang saya hormati dan saya banggakan, Anda begitu mempesona sebagai seorang ayah di Kampus ini. Jujur ada hal yang ingin saya sampaikan kepada Anda, atau istilah gaulnya mungkin saya ingin sedikit “curhat” kepada Anda.
          Lingkungan kampus merupakan bagian dari kehidupan saya sekarang. Separuh dari hidup saya saat ini banyak saya habiskan di Kampus ini. Ada hal yang selama ini membuat hati saya merasa miris dan merasa sedikit “tergelitik” melihat lingkungan di sekitar kampus. Hal tersebut berkaitan dengan sampah dan tong sampah di kampus kita. Jujur IPB katanya kampus hijau, tapi memang terlihat buruk sekali dengan banyaknya sampah di Kampus ini. Maaf sebelumnya, saya tidak bermaksud menyalahkan Anda karena masalah sampah ini adalah masalah kita semua. Bukan Anda yang harus bertanggung jawab terhadap masalah sampah ini. Tapi ini adalah masalah kita semua. Banyaknya sampah di Kampus ini perlu ada upaya dari semua pihak, perlu adanya kesadaran dari berbagai pihak dan penghuni di sekitar kampus ini untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.
          Tapi ada satu hal yang menyebabkan sampah di kampus kita ini masih begitu banyak, salah satunya adalah tong sampah. Nah, inilah yang menyebabkan saya merasa sedikit “tergelitik” karena minimnya tong sampah di kampus kita. Pernah saya sehabis makan dari dekat gudang buku, kemudian saya ingin membuang sampah. Saya baru bisa menemukan tong sampah di sekitar Faperta, Saya pegang terus itu sampah karena sulit sekali mencari tong sampah di IPB. Hehe….mohon maaf ini sedikit cerita saya pada waktu itu.
          Pernah belum lama kemarin ada beberapa tamu dari berbagai Universitas lain yang berkunjung ke IPB dalam serangkaian acara FORCES FAIR, ada beberapa mahasiswa lain yang berkata “Saya nginep selama dua hari di sini jarang banget liat tong sampah, sampai-sampai saya harus selalu memasukkan sampah saya ke dalam tas”, ujar salah seorang mahasiswa dari Universitas lain dengan gurauannya yang khas.  Mendengar itu semua saya merasa sangat malu, karena memang hal itu pula yang saya rasakan selama berada di Kampus ini. Kita semua, baik itu para mahasiswa, dosen-dosen, ataupun yang lainnya selain mencanangkan kebersihan lingkungan, memang harus mengupayakan juga akses menuju lingkungan bersih tersebut, salah satunya adalah dengan memperbanyak tong sampah di Kampus ini. Sehingga tidak ada lagi alasan lain yang membuat orang membuang sampah dimana saja dengan alasan tidak ada tong sampah.
          Mungkin itu sedikit curhatan dari saya kepada Anda, Pak Rektor yang terhormat sebagai ayah di Kampus ini. Saya berharap Anda bisa bergerak lebih cepat untuk menyelesaikan masalah seperti ini. Jangan sampai ada anggapan “IPB itu kaya, sekarang pembangunannya dimana-mana…tapi kok buat membeli banyak tong sampah aja kok repot”. Ini semua saya sampaikan karena saya dan kita semua tentu ingin membuat kampus kita semakin baik lagi kedepannya.
          Mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf apabila saya banyak kesalahan dalam hal penyampaiannya. Mohon maaf pula apabila saya menulis surat dengan kurang sopan. Tapi saya sampaikan surat ini ala kadarnya dengan menganggap bahwa Anda adalah ayah saya. Sehingga seorang anak bisa mengungkapkan isi hatinya dengan leluasa, tanpa batasan apapun. Akan tetapi yang terpenting yang perlu Anda ingat bahwa saya selalu menghormati Anda dan akan selalu bangga pada Anda. Mohon maaf sekali lagi apabila saya banyak melakukan kesalahan.
          Wassalamu’alaikum  wr.wb……..

                                                                             Hormat saya,

                                                                      Kiky Fitria Ambarwangi

1 komentar:

  1. Hahaha manusia itu dilahirkan salah satunya memang untuk banyak belajar,,,jadi maklum klo tulisannya pun masih berantakkan....

    BalasHapus