Senin, 06 Juli 2015

Genap by Nazrul Anwar *nemu tulisan menyentuh

Kalau jodoh harus dijemput, jangan pernah membuat orang yang kamu jemput itu menunggu. Jikapun terpaksa, tak perlu berlama-lama. Karena dia akan sampai pada jodohnya, dengan atau tanpa kamu. Kalau memang dia adalah jodoh kamu, kamu akan membersamainya. Tapi jika dia bukan jodoh kamu, tolong jangan jadi penghalang baginya untuk menemukan jodoh yang lebih tepat daripada kamu. Lakukan apa saja selama itu baik untuk mendapatkannya, tapi jangan pernah memintanya menunggu tanpa kepastian. Menunggu saja sudah melelahkan, apalagi ditambah dengan ketidakpastian. Tentu berkali-kali lebih melelahkan.
Kamu memintaku untuk bersabar atas nama cinta. Kamu harus tahu, tak mau menunggu bukan berarti aku tidak sabar. Aku hanya berusaha untuk bergerak dari satu takdir ke takdir lainnya. Dari seorang kamu ke laki-laki lain, yang semoga jauh lebih baik dan tepat untuk menggenapi hidupku kelak. Lagipula, perempuan yang cerdas harusnya menyadari, bahwa tidak semua laki-laki layak ditunggu untuk menggenapi hidupnya. Dan maaf, laki-laki yang tidak bisa memberi kepastian adalah salah satu golongan laki-laki yang tidak layak untuk ditunggu.
Kamu bilang, cinta itu butuh pengorbanan. Dan menunggu adalah salah satu bentuknya. Aku juga ingin bilang, cinta itu tanggung jawab. Jadi jangan bicara tentang cinta jika kamu tidak berani untuk mengambil tanggung jawab atas kehidupan dunia akhirat perempuan yang katanya kamu cintai itu. Tanggung jawab yang selayaknya kamu ambil dengan menggenapi hidupnya. Bukan malah menghindar dari tanggungjawab yang kamu bungkus dengan kalimat; tunggu, sampai aku benar-bena siap. Laki-laki yang bertanggung jawab itu memberikan komitmen, bukan sekedar janji. Dan tak ada komitmen yang bisa berdiri kokoh di atas ketidakpastian.
Kamu bilang, cinta itu butuh pengorbanan. Mungkin ada benarnya. Tapi cinta yang tulus, tidak akan pernah menyakiti. Mungkin akan membutuhkan banyak pengorbanan, tapi pengorbanan yang membahagiakan. Bukan pengorbanan yang disesali. Dan tak ada bahagia-bahagianya perempuan yang menunggu laki-laki yang tidak memberi kepastian. Jikapun ada, itu sedikit sekali dibandingkan dengan rasa cemas dan khawatir yang dirasakan. Dan kebahagian yang sedikit itu juga bukan berasal dari proses menunggu, tapi dari proses berharap, yang rentan sekali mendatangkan kecewa.
Memang, tidak semua orang beruntung bisa memiliki orang yang dicintainya, tapi kita selalu bisa mencintai siapa yang sudah kita miliki. Memang, menyenangkan memiliki apa atau siapa yang kita cintai. Tapi kita bukan hanya bisa memulainya dari mencintai, kita juga bisa memulainya dari memiliki. Tak mesti mencintai dulu lalu memiliki. Bisa juga bisa memiliki lantas mencintai. Bahkan seharusnya, mencintai apa yang sudah kita miliki jauh lebih mudah daripada mencintai apa yang belum kita miliki. Dan aku tak mau hidupku jadi lebih rumit hanya karena ketidakpastian darimu. Jadi, selamat tinggal!

Minggu, 05 Juli 2015

Jalanku Masih Panjang by. Darwis Tere Liye

Wahai perasaan
Kau buat pagiku jadi mendung, soreku jadi kelam
Kau buat siangku jadi gelap, dan malam semakin gulita
Kau buat beberapa menit lalu aku gembira
untuk kemudian bersedih hati

Wahai perasaan
Kau buat aku berlari di tempat
Semakin berusaha berlari, kaki tetap tak melangkah
Kau buat aku berteriak dalam senyap
Kau buat aku menangis tanpa suara
Kau buat aku tergugu entah mau apalagi

Wahai perasaan
Kau buat aku seperti orang gila
Mengunjungi sesuatu setiap saat, untuk memastikan sesuatu
Padahal buat apa?
Ingin tahu ini, itu, untuk kemudian kembali sedih
Padahal sungguh buat apa?

Wahai perasaan
Kau buat aku seperti orang bingung
Semua serba salah
Kau buat aku tidak selera makan, malas melakukan apapun
Memutar lagu itu itu saja
Mencoret coret buku tanpa tujuan
Mudah lupa dan ceroboh sekali

Wahai perasaan
Cukup sudah
Kita selesaikan sekarang juga
Karena,
Jalanku masih panjang
Aku berhak atas petualangan yang lebih seru

Selamat tinggal,
Jalanku sungguh masih panjang...

Kamis, 02 Juli 2015

Smile! Its Sunnah and Sadaqah

#Ini tulisan repost dari akun Dakwah Islam#

Kau tahu,
Jika pedih dan perih pasti hadir.
Kau tahu,
Jika kecewa kan datang.
Kau tahu,
Jika luka hati kan membekas.

Tetaplah tersenyum,
Ingat pesan pada hati,
Jika tak sanggup memaafkannya,
Bersabarlah dan ikhlaskan.

Kau tahu,
Itu bukan untuknya,
Tapi untuk ketenangan jiwamu sendiri.

Tetaplah tersenyum,
Ujian pasti datang,
Seakan mengajak air mata untuk beriringan.

Kau tahu,
Allah takkan lama membiarkan tangismu pecah.

Everything happen for a reason.
Allah tidak akan serta merta mengenalkan
tangis jika tak memberi akhir yang manis.
Allah tidak akan meletakkanmu di keadaan ini
jika tak memberimu ketahanan ekstra.
Allah yakin kau mampu berjalan.
Allah yakin kau mampu mengemban amanah ujianNya.
Dan,
Allah percaya, kualitas hidupmu kan bertambah.

Tersenyumlah :))



Rabu, 01 Juli 2015

Di Bawah Langit

Bila saja aku harus menjauh darimu,
Aku akan memulainya dengan berjalan mundur,
Menghayati lambai tanganmu detik demi detik sampai suatu saat kau tak terlihat lagi.
Hingga saat mataku berkaca-kaca, aku akan memejamkan mata biar sampai membuat pipiku basah.
Aku akan rutin menghitungi jarak, sembari menaruh harap jika aku bisa berjumpa dengan kamu lagi,
Aku menghamburkan sebagian perasaanku melayang-melayang di atas tanah,
biar saat berjumpa denganmu, aku ingin tidak terlalu bergetar lagi.
Menjadi dilema, sebab senangmu sudah tidak denganku lagi.
Sementara sejauh apapun aku berjalan mundur dari engkau,
Kita masih tetap dalam satu bumi,
Kita masih sama-sama di bawah lagit yang sama dengan langit ketika kamu mengatakan rindu.
Dan itu menjadi sulit,
Karena untukku, kamu sudah menjadi candu





Jakarta, 01 Juli 2015
Dibawah dinginnya AC kantor



Senin, 29 Juni 2015

Jakarta!

Jakarta, kota ini pun menjadi rencana-Nya untuk saya.
Sejujurnya, saya hampir ga pernah berencana untuk hidup di kota sebesar Jakarta.
Sendirian pula, walaupun ga pernah terpikir juga buat kembali ke kampung halaman.
Bandung, rasanya terlalu nyaman untuk saya.

2010, memutuskan untuk kuliah di Bogor. Tapi rasanya Bogor juga terlalu nyaman.
Apalagi selama kuliah, saya tinggal bersama Paman dan Bibi.
Jadi, selama ini ga pernah ngerasa mandiri.

2011-2014, fleksibel, tergantung rejeki setelah lulus kuliah dapet kerja dimana
tapi entah kenapa, makin kesini ada harapan dan keinginan hati buat hidup di kota ini
*maybe ada alasan something yang ga jelas hahaha
ga pernah memaksakan diri 'harus' sih
Tapi entahlah, semua keinginan dan harapan seperti doa yang akhirnya dikabulkan Tuhan

Pernah baca sebuah tulisan singkat di nulisbuku.com, seorang penulis berkata
      "Kamu harus coba hidup dan tinggal di kota ini. Kamu harus tahu bagaimana orang-orang disini          berjuang untuk bertahan hidup. Segala paradoksnya. Segala ceritanya. At least you have to try."

Entahlah. Saya baru dua bulan hidup di kota ini.
Tapi saya memiliki keyakinan bahwa ini adalah bagian dari rencana-Nya.
Saya yakin, disinilah awal saya berjuang hidup, mengejar impian, dan mulai dari sinilah proses pendewasaan dan perbaikan diri saya dimulai *naon sih

Senin, 08 Juni 2015

Lauhul Mahfuz is Not a Story Line

Welcome *baru ngeblog lagi ;3

Beuh....judulnya berasa berat yah, hahahaha, da aku mah apa atuh...
cuman mau sedikit share aja guys

Tadi pagi sambil sarapan, terus dengerin ceramah tuh *lagi jadi orang baik hehehe, sebenernya sih tertarik sama bahasannya.
Judulnya tuh "Lauhul Mahfuz : Takdir Bukanlah Jalan Cerita"

Kurang lebih bahasannya gini...
Ada yang bilang kalo takdir itu adalah skenario Tuhan dan ga bisa di ubah lagi, skenario itu ada di dalam kitab yang namanya Lauhul Mahfuz.
Nah loh? Kalo kayak gitu ngapain kita harus usaha? Ngapain Tuhan nyuruh kita buat ngubah takdir kita sendiri? Toh nanti hasilnya sama saja, sesuai sama apa yang ditentuin Tuhan.
Banyak juga yang mikir Lauhul Mahfuz itu seperti novel atau buku cerita, yang segala sesuatunya tertulis disana.
Dan.....kenyataannya bukan gitu guyssssss :(
Nih aku bikinin ilustrasinya:




Lauhul Mahfuz bukanlah jalan cerita, tapi rumus-rumus yang ditetapkan Tuhan sebagai hukum alam.
Sedangkan takdir, takdir itu ada 2 : mubram (absolut) dan mu'allaq (relatif).

Kita analogi yah guys pake persamaan matematika:
  • Takdir Mubram : A=2, tidak dapat diubah...meskipun kita berusaha sekeras apapun tetap aja guys nilainya A=2. Takdir ini sebenernya yang lebih mirip dengan alur cerita. Tapi jika Tuhan berkehendak, ya bisa aja Tuhan mengubahnya.
  • Takdir Mu'allaq : A=2B+1. Ini sifatnya relatif, Nilai A, dapat diubah dengan kerja keras (B). Makin besar nilai B, ya nilai A nya juga makin besar. Gitu juga sebaliknya.
Nah, ada juga yang lainnya, yaitu peran doa dan kehendah Tuhan. Ini nih yang sering disebut orang dengan faktor X. Maka rumus pun jadi A=2B+1+X

Oya guys....takdir juga adalah Choice of Chance. Pilihan kita itu menentukan takdir kita loh.....
Analoginya gini guys, segala sesuatunya memang sudah ditentuin dari awal, tapi gimana nantinya yahhhh sesuai dengan pilihan kita sendiri. Liat aja ilustrasi tadi tentang saya naik motor atau jalan kaki.

Jadi guys.....kesimpulan dari yang saya denger gini,
Tuhan itu ngasih kebebasan buat kita buat milih, usaha, dan, doa. Tapi semuanya tetap berjalan sesuai dengan ketentuan Allah yang ditulis di Lauhul Mahfuz.
Tapi ketentuan yang dimaksud bukan kisah atau alur cerita, tapi seperti sebuah pemograman yang diciptakan Tuhan. Begituuuuuuuuuu......kalo di excel kayak rumus IF=...

Wallohu alam, saya hanya belajar hihihihihi


Sore......


Jumat, 29 Mei 2015

Say Hi...

Hallo....
Welcome,,
ada yang kangen ga sama kiki? *blognya maksudnya
Haha..
Ngga ada yah -,-
Gapapa, udah setahun ga pernah ngisi lagi blog...
And now,,, I'm comeback...hahahaha 
#intermezoooo