Minggu, 30 September 2012

Lihatlah Lebih Dekat...

     "Lihatlah lebih dekat dan kau kan mengerti..."

    ABK. Ya ABK...Anak Berkebutuhan Khusus. Sebelumnya saya tidak pernah mengenal mereka, apalagi bermain bersama mereka. Ya...ini adalah kali pertama saya memasuki dunia mereka. Ceritanya saya mengikuti sebuah pelatihan untuk menjadi trainer di sebuah SLB. Oke akan saya ceritakan....
      Dari jauh, pintu gerbang SLB sudah terlihat. Kalian tau apa yang saya rasakan? Ya betul. Dag dig dug ga jelas. Deg degan banget. Kali pertama saya masuk, saya langsung dihampiri seorang anak. Fadil namanya. Dia mengajak berkenalan dan menyalami saya. Pegangan tangannya begitu erat, sayapun gemetaran. Takut. Tapi saya mencoba menutupinya. Malu dong kalo rasa takut saya keliatan sama orang lain. 
      Pandangan saya menyebar ke seluruh pelosok SLB. Ada anak yang sedang bermain bola, ada yang sedang berlari-lari, ada yang sedang dangdutan, macem-macem deh pokoknya. Saya mencoba beradaptasi. Tak lama pandangan saya tertuju pada seorang wanita cantik. Ternyata beliau adalah guru kesenian di SLB ini. Cantik dan ramah. Kedatangannya disambut oleh anak-anak. Begitu akrabnya mereka. Saya terkagum-kagum. Dalam hati saya berkata "Saya ingin mengenal dunia ini, dunia yang belum pernah saya temui sebelumnya."
    Saya mendapat ilmu baru dari sana. Mereka mengatakan bahwa anak-anak seperti ini lebih jujur. Kita akan melihat ketulusan yang selalu terpancar dari mereka. Jangan takut. Lihatlah lebih dekat. Mengenal mereka akan membuat kita selalu bersyukur dan belajar banyak hal.
     Saya juga baru tau bahwa anak-anak seperti mereka tidak semuanya terlahir seperti itu alias genetik. Mungkin lebih dikenal dengan sebutan down sindrom. Ada juga yang waktu kecil mereka normal, tapi karena sesuatu hal (kasusnya anak ini jatuh dari tangga, sampai kepalanya bocor), alhasil dia jadi mengalami gangguan. Anak-anak seperti ini bukan anak-anak cacat. Tapi bisa dibilang kemampuan mereka hanya lebih lambat dari orang pada umumnya.
     Manusia memang diciptakan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Mungkin banyak hal yang anak-anak ini bisa lakukan daripada kita. Saya senang..bisa bermain bersama, bergembira, belajar main angklung, menari, berkomunikasi dengan mereka. Itu adalah hal terindah. Pertemuan yang singkat. Dalam hati saya bertekad bahwa ini adalah awal. Saya ingin mengenal mereka lebih dekat, berbagi kehidupan bersama mereka. Ingat lihatlah lebih dekat dan kau kan mengerti. Itu kalimat yang paling saya sukai.......

Rabu, 19 September 2012

Pesta Tanam Padi

     Hai kawan...
     Ada yang baru nih? Apa?
     Jadi hari selasa kemaren tuh saya praktikum di sawah. Mata kuliah Ilmu Tanaman Pangan. Keren ga tuh?hahahha
     Klo boleh jujur mata kuliah ini yang paling saya ga suka...seru sih kotor-kotoran, tapi beuuuuh dapet nilainya paling susah banget. Bete ga tuh? Oke selow lah jalani aja.
     Saya tinggal di Sumedang. Rumah nenek saya juga deket sawah. Harusnya sih biasa aja. Tapi saya juga ga pernah sengaja masuk sawah. Haaaa
     Pas praktikum kemarin mau ga mau harus nyebur ke sawah. Buset dah kaki saya kayak kesedot. Tepatnya kesedot lumpur. Lumpurnya hampir selutut. Saya dan kawan saya menanam padi. Eitssss orang-orang udah mulai pesta tanam padi. Lah saya? Biasa nampang dulu di kamera...pose dulu yang paling tepat...hahahhaha
     Makin kesini makin panas aja. Terik mataharinya makin menyengat. Orang-orang pada ngatur jarak tanam biar nantinya rapih barisannya. Klo saya cuman pake insting.....saking pengen cepet kelar...Hahha. Tapi serulah pokoknya...hahahhaha.

Sabtu, 15 September 2012

'Keseleo' di Jurnalistik Fair

     Sabtu yang cerah....
     Ketika saya bergalau ria tak ada kuliah, akhirnya saya 'keseleo' di acara Jurnalistik Fair. Saya memang dari awal sudah merencanakan ikut JF. Keseleo di jurang yang tepat...hahaha. Kenapa? Well akan saya ceritakan pengalaman saya.
     Pagi-pagi saya udah stand by nih di gedung Andi Hakim Nasution, IPB. Termasuk teman saya Icha. Kami sengaja berangkat pagi-pagi supaya dapat tempat duduk yang strategis. Itu kebiasaan saya kalo ikut seminar pasti datang awal. Salah-salah tempat, nanti saya bisa tidak antusias mengikuti kegiatan tersebut. Posisi duduk menentukan fokus atau tidaknya (hahaha...itu buat saya).
     Acara nya cukup ngaret. Saya benci itu...udah bete aja. Harusnya jam setengah 8 udah mulai...eh ngaret dah. Jam 9 kurang baru acara di mulai. Oke..tak masalah. Itu kebiasaan orang Indonesia. Jam karet. Kebiasaan itu harus kita ubah. Sulit? Ya bisa jadi. Tapi mulailah dari diri sendiri. Mulai dari kita dulu.
     Masuk ke sesi 1. Pembicaranya adalah Irwan Arif Riyanto. Kalo tidak salah beliau itu adalah kepala di Republika Online (ROL). Sesi ini sangat interaktif sekali. Beliau menjelaskan banyak hal tentang jurnalistik. Oke kalo saya nilai dari 1-10, maka  sesi ini saya beri nilai 8.
     Lanjut ke sesi 2. Ups dari Seputar Indonesia lho...mendatangkan pemimpin redaksinya langsung. Siapa hayooo? Arif Soeditomo..si presenter berita yang ganteng. Saya bertemu dia 2 kali. Dulu dia hadir di acara 'Rosi goes to Campus'. Seru....tapi pada awalnya dia kurang komunikatif, seperti sedang membawakan berita. Hahaha. Lanjut ke siaran langsung acara Jurnalistik Fair di Seputar Indonesia. Sekilas doang sih.  Zaldi. Kalian tau siapa dia? "Waspadalah waspadalah" yaa kata-kata itu. Kalian pasti bisa menebaknya. Reportase langsung dari AHN. Sesi ini saya beri nilai 8,75...hahha
     Setelah break, acara dilanjutkan dengan lomba presenter. Seru abis. Oke lanjut saja ke sesi terakhir. Pembicaranya adalah Bang Levi dan Kak Rifki. Mereka adalah orang-orang jurnalis, tepatnya mencari berita-berita investigasi. Hal yang paling saya ingat dari Bang Levi ketika beliau menanyakan "Berapa orang disini yang ingin menjadi jurnalis?". Banyak orang yang mengacungkan tangan. Beliaupun mengatakan "Benar sebanyak ini yang akan menjadi jurnalis? Jadi jurnalis itu tidak gampang, gajipun tak seberapa". Bang Levi ini menurut saya adalah sosok yang berkharisma. Saya kaget ketika tau beliau adalah insinyur Teknik Sipil dan Lingkungan. Hal yang paling saya ingat adalah ketika beliau mengatakan bahwa menjadi seorang jurnalis itu sulit. Harus jujur. Salah-salah memberikan informasi nanti malah kena hukum deh. Hal yang paling berkesan adalah ketika Bang Levi memutarkan video tentang pembantaian orang utan. Sedih banget. Judulnya "Orang utan seharusnya dilindungi....Tak dilindungi". Sesi ini saya kasih poin 9,9 deh.....hahahah pokoknya seru.
     Hem..ternyata dunia jurnalis itu seru. Saya jadi pengen belajar nulis. Jadi teringat dosen saya, beliau mengatakan bahwa selama kuliah beliau tidak pernah minta uang pada orang tuanya. Beliau hanya mengandalkan uang dari tulisannya. Termasuk tulisan-tulisan beliau banyak sekali yang masuk koran. Beliau bilang hampir 3 juta per bulan ia dapatkan dari menulis. Wow keren ga tuh. Menulis itu hal yang mudah sebenarnya. Kita hanya perlu duduk manis meluangkan waktu sejenak dan mengolah pikiran untuk menuangkan ide-ide kreatif yang ada dalam diri kita. Selain itu, kita harus banyak membaca untuk bisa menulis. Oke...
Selamat beraktivitas..

Selasa, 04 September 2012

Kenanganku di Kampung Pos



          Berawal dari sebuah keharusan untuk mengabdi, akhirnya pada tanggal 15 Juli kemarin saya dan 11 orang teman lainnya pergi ke sebuah desa bernama Kampung Pos. Untuk apa kami di sini? Kami disini hanya untuk mengabdi, membantu pendidikan di salah satu SD disana, tepatnya SDN Leuweung Kolot 07. Kami tahu betul bahwa kami tidak akan menyelesaikan pendidikan secara menyeluruh, akan tetapi satu langkah kami akan sangat berarti daripada tidak sama sekali. Kami belajar menjadi seorang guru disini dengan menerapkan sistem pengajaran fun learning.
          Saya pribadi sangat antusias, saya belajar menjadi seorang guru. Salah satu kutipan favorit saya adalah " Seorang guru menggandeng tangan, membuka pikiran, menyentuh hati, membentuk masa depan. Seorang guru berpengaruh selamanya dan ia tidak akan pernah tahu sampai kapan pengaruhnya akan berakhir".
Kampung Pos inilah tempat yang akan menjadi kenangan saya. Saya tinggal bersama dua teman lainnya yaitu Maya dan Afina. Kami tinggal di rumah Bapak Ecep, beliau adalah seorang ustadz dan istrinya adalah salah satu pengajar di PAUD. Mereka adalah tuan rumah yang baik, sayapun merasa mempunyai orang tua baru di sana.
          Di Kampung Pos inilah saya menemukan sebuah kesenangan dan kegembiraan yang tidak akan pernah saya lupakan. Saya bertemu dengan anak-anak yang begitu ceria. Rona kebahagiaan selalu terpancar di wajah mereka. "IBU". Ya...mereka memanggil saya ibu. Sebuah sebutan yang sangat luar biasa bagi saya. Kebetulan saya mengajar anak kelas 3. Usia anak kelas 3 adalah usianya mereka masih menyukai kesenangan, bermain, dan bergembira. Setiap pagi dan sore kami selalu bertemu mereka, khususnya saya bersama anak kelas 3. Bocah-bocah kecil yang lucu, yang akan selalu saya kenang di lubuk hati yang terdalam. Begitu antusiasnya mereka belajar. Terkadang mereka "curhat" kepada saya, cerita-cerita tentang semua hal yang mereka ketahui. Anak-anak mengajari saya berbagai hal. Terutama belajar berbagai karakter anak. Saya belajar untuk menghadapi anak yang hiper aktif, pendiam, dll. Paling utama adalah pelajaran sabar. Sabar menghadapi anak-anak. Sabar mengajarkan anak yang masih belum bisa membaca, berhitung, dan banyak lagi. Setiap hari saya selalu merasa senang. Pikiran saya selalu fresh melihat tingkah pola anak-, walaupun saya juga suka kesal. Akan tetapi, rasa kesal saya kadang teredam melihat kepolosan mereka. Kelas saya ada 22 anak. Ada Iqbal si presiden kelas yang pemberani. Dika si pembuat onar dikelas. Kenapa disebut demikian/Karena setiap hari akan ada korban berjatuhan, yang menangis akibat ulahnya. Haa. Ada Ikhlas anak paling kalem di kelas. Kalian tahu Umay artis cilik.Yaa...wajahna seperti dia.Ikhlas ini adalah anak yang ngefans banget sama Coboy Junior. Termasuk 3 temannya yang lain, yaitu Dika, Iqbal, dan Wildan.  Selvia, anak paling pintar dan paling cantik di kelas. Dia seperti Afika. Ada Rizky anak yang aku suka. Dia itu anak yang mau berusaha, walaupun dia tidak bisa membaca. Dan anak-anak yang lain dengan berbagai macam karakter. Ada Ade, Eman, Ripaldi, Wahyu, Angga, Jamal, Ikhsan, Ardi, Sinta, Lia, Lupi, dkk. Cukup banyak. Potret-potret tingkah polah mereka akan selalu ada dalam kenanganku. Hal yang akan m,embuat saya rindukan dari Kampung Pos ini adalah anak-anak. Ketika kami berjalan, entah itu di sekolah, atau dimanapun...akan ada anak-anak yang menghampiri kami. Mereka saling berebutan hanya untuk bersalaman. Hem....selain itu, hal yang akan saya rindukan adalah sebuah kesederhanaan. Kami mengajar dan bersekolah apa adanya, di sebuah ruangan kecil yang tidak ada bangkunya.  Ruangan kecil dimana kami mengajar saling bersebelahan antar kelas. Sehingga fokus kami akan sering terganggu. Bernyanyi bersama, bermain bersama, begitu indah untuk dikenang. Saya disini bisa merasakan begitu sulitnya untuk mengatur anak-anak dan saya selalu mengolah pikiran saya untuk menghadapi mereka.
          Tapi semua kebehagiaan itu terasa begitu cepat. Di saat kedekatan sudah mulai tumbuh, kami harus berpisah. Ya..tepatnya hari ini tanggal 28 Juli 2012, kami haru meninggalkan Kampung Pos. Suasana perpisahan begitu mengharukan. Apalagi ketika saya harus berpisah bersama anak-anak kelas 3. Saya benar-benar sedih ban menangis. Kesedihan sayapu bertambah ketika melihat presiden kelas 3, yaitu Iqbal menangis. Saya belum pernah melihatnya seperti itu karena dia adalah anak yang riang dan pemberani. Saya begitu terharu ketika anak-anak di tanya "Senang ga kalian belajar sama Ibu dan Bapak?". Mereka menjawab "Senang bu 100%". Saya benar-benar terharu. Bahkan ada anak yang mengatakan "Bu Kiky disini aja, jangan pulang". Keharuanku semakin menjadi. Kebersamaan yang dibangun selama 2 minggu, terasa sebuah kebersamaan yang sudah bertahun-tahun lamanya. Lagu yang senang kami dendangkan adalah...
Aku berjalan
Ikan berenang
Ular Merayap
Burubg terbang
Hujan turun
Bunga berkembang
Allah ciptakan karena sayang, Allah ciptakan karena sayang...
          Setiap hari saya dan anak-anak pasti mendendangkan lagu itu. Perpisahan bukan berarti kita tidak akan pernah bertemu lagi. Jadilah anak yang rajin murid-muridku. Anak yang bisa membawa harum nama orang tuamu. Anak yang bisa dibanggakan oleh sekolah, bangsa, dan agama. Bermimpilah setinggi langit, sebab jika kau terjatuh kau tidak akan merasakan kesaklitan...karena jatuhmu hanya akan berada di atas awan. Ingatlah aku sebagai sahabatmu, ingatlah aku sebagai teman kecilmu yang menemanimu bermain setiap hari. Ingatlah teru kebersamaan kita. Jaga diri kalian baik-baik. Insya Allah kita pasti akan bertemu di lain waktu. Saya juga merasa sangat kehilangan orang-orang yang ada di Kampung Pos itu. Mereka begitu menerima keberadaan kami. Sekian.
***
Seorang murid tidak peduli betapa pintarnya seorang guru, yang mereka pedulikan adalah apakah guru tersebut juga peduli terhadap dirinya.
***
IPB Mengajar
Berkarya untuk Negeri!Tebarkan Dedikasi!Bangun Indonesiaku!