Berawal dari sebuah keharusan untuk mengabdi, akhirnya pada tanggal 15 Juli kemarin saya dan 11 orang teman lainnya pergi ke sebuah desa bernama Kampung Pos. Untuk apa kami di sini? Kami disini hanya untuk mengabdi, membantu pendidikan di salah satu SD disana, tepatnya SDN Leuweung Kolot 07. Kami tahu betul bahwa kami tidak akan menyelesaikan pendidikan secara menyeluruh, akan tetapi satu langkah kami akan sangat berarti daripada tidak sama sekali. Kami belajar menjadi seorang guru disini dengan menerapkan sistem pengajaran fun learning.
Saya pribadi sangat antusias, saya belajar menjadi seorang guru. Salah satu kutipan favorit saya adalah " Seorang guru menggandeng tangan, membuka pikiran, menyentuh hati, membentuk masa depan. Seorang guru berpengaruh selamanya dan ia tidak akan pernah tahu sampai kapan pengaruhnya akan berakhir".
Kampung Pos inilah tempat yang akan menjadi kenangan saya. Saya tinggal bersama dua teman lainnya yaitu Maya dan Afina. Kami tinggal di rumah Bapak Ecep, beliau adalah seorang ustadz dan istrinya adalah salah satu pengajar di PAUD. Mereka adalah tuan rumah yang baik, sayapun merasa mempunyai orang tua baru di sana.
Di Kampung Pos inilah saya menemukan sebuah kesenangan dan kegembiraan yang tidak akan pernah saya lupakan. Saya bertemu dengan anak-anak yang begitu ceria. Rona kebahagiaan selalu terpancar di wajah mereka. "IBU". Ya...mereka memanggil saya ibu. Sebuah sebutan yang sangat luar biasa bagi saya. Kebetulan saya mengajar anak kelas 3. Usia anak kelas 3 adalah usianya mereka masih menyukai kesenangan, bermain, dan bergembira. Setiap pagi dan sore kami selalu bertemu mereka, khususnya saya bersama anak kelas 3. Bocah-bocah kecil yang lucu, yang akan selalu saya kenang di lubuk hati yang terdalam. Begitu antusiasnya mereka belajar. Terkadang mereka "curhat" kepada saya, cerita-cerita tentang semua hal yang mereka ketahui. Anak-anak mengajari saya berbagai hal. Terutama belajar berbagai karakter anak. Saya belajar untuk menghadapi anak yang hiper aktif, pendiam, dll. Paling utama adalah pelajaran sabar. Sabar menghadapi anak-anak. Sabar mengajarkan anak yang masih belum bisa membaca, berhitung, dan banyak lagi. Setiap hari saya selalu merasa senang. Pikiran saya selalu fresh melihat tingkah pola anak-, walaupun saya juga suka kesal. Akan tetapi, rasa kesal saya kadang teredam melihat kepolosan mereka. Kelas saya ada 22 anak. Ada Iqbal si presiden kelas yang pemberani. Dika si pembuat onar dikelas. Kenapa disebut demikian/Karena setiap hari akan ada korban berjatuhan, yang menangis akibat ulahnya. Haa. Ada Ikhlas anak paling kalem di kelas. Kalian tahu Umay artis cilik.Yaa...wajahna seperti dia.Ikhlas ini adalah anak yang ngefans banget sama Coboy Junior. Termasuk 3 temannya yang lain, yaitu Dika, Iqbal, dan Wildan. Selvia, anak paling pintar dan paling cantik di kelas. Dia seperti Afika. Ada Rizky anak yang aku suka. Dia itu anak yang mau berusaha, walaupun dia tidak bisa membaca. Dan anak-anak yang lain dengan berbagai macam karakter. Ada Ade, Eman, Ripaldi, Wahyu, Angga, Jamal, Ikhsan, Ardi, Sinta, Lia, Lupi, dkk. Cukup banyak. Potret-potret tingkah polah mereka akan selalu ada dalam kenanganku. Hal yang akan m,embuat saya rindukan dari Kampung Pos ini adalah anak-anak. Ketika kami berjalan, entah itu di sekolah, atau dimanapun...akan ada anak-anak yang menghampiri kami. Mereka saling berebutan hanya untuk bersalaman. Hem....selain itu, hal yang akan saya rindukan adalah sebuah kesederhanaan. Kami mengajar dan bersekolah apa adanya, di sebuah ruangan kecil yang tidak ada bangkunya. Ruangan kecil dimana kami mengajar saling bersebelahan antar kelas. Sehingga fokus kami akan sering terganggu. Bernyanyi bersama, bermain bersama, begitu indah untuk dikenang. Saya disini bisa merasakan begitu sulitnya untuk mengatur anak-anak dan saya selalu mengolah pikiran saya untuk menghadapi mereka.
Tapi semua kebehagiaan itu terasa begitu cepat. Di saat kedekatan sudah mulai tumbuh, kami harus berpisah. Ya..tepatnya hari ini tanggal 28 Juli 2012, kami haru meninggalkan Kampung Pos. Suasana perpisahan begitu mengharukan. Apalagi ketika saya harus berpisah bersama anak-anak kelas 3. Saya benar-benar sedih ban menangis. Kesedihan sayapu bertambah ketika melihat presiden kelas 3, yaitu Iqbal menangis. Saya belum pernah melihatnya seperti itu karena dia adalah anak yang riang dan pemberani. Saya begitu terharu ketika anak-anak di tanya "Senang ga kalian belajar sama Ibu dan Bapak?". Mereka menjawab "Senang bu 100%". Saya benar-benar terharu. Bahkan ada anak yang mengatakan "Bu Kiky disini aja, jangan pulang". Keharuanku semakin menjadi. Kebersamaan yang dibangun selama 2 minggu, terasa sebuah kebersamaan yang sudah bertahun-tahun lamanya. Lagu yang senang kami dendangkan adalah...
Aku berjalan
Ikan berenang
Ular Merayap
Burubg terbang
Hujan turun
Bunga berkembang
Allah ciptakan karena sayang, Allah ciptakan karena sayang...
Setiap hari saya dan anak-anak pasti mendendangkan lagu itu. Perpisahan bukan berarti kita tidak akan pernah bertemu lagi. Jadilah anak yang rajin murid-muridku. Anak yang bisa membawa harum nama orang tuamu. Anak yang bisa dibanggakan oleh sekolah, bangsa, dan agama. Bermimpilah setinggi langit, sebab jika kau terjatuh kau tidak akan merasakan kesaklitan...karena jatuhmu hanya akan berada di atas awan. Ingatlah aku sebagai sahabatmu, ingatlah aku sebagai teman kecilmu yang menemanimu bermain setiap hari. Ingatlah teru kebersamaan kita. Jaga diri kalian baik-baik. Insya Allah kita pasti akan bertemu di lain waktu. Saya juga merasa sangat kehilangan orang-orang yang ada di Kampung Pos itu. Mereka begitu menerima keberadaan kami. Sekian.
***
Seorang murid tidak peduli betapa pintarnya seorang guru, yang mereka pedulikan adalah apakah guru tersebut juga peduli terhadap dirinya.
***
IPB Mengajar
Berkarya untuk Negeri!Tebarkan Dedikasi!Bangun Indonesiaku!