Selasa, 25 Desember 2012

BEASISWA : Jalan Terang Untuk Pendidikan



            Pendidikan merupakan hal terpenting bagi kehidupan semua orang. Setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam kehidupan. Pendidikan secara umum merupakan suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri setiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting. Salah satu pendidikan bagi setiap manusia diperoleh dari pendidikan formal.
            Di dunia pendidikan, tidak asing lagi kita mendengar kata beasiswa. Dulu, beasiswa identik dengan seseorang yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata dalam dunia akademik. Sekarang menurut pengamatan saya, beasiswa identik dengan seseorang yang mempunyai kemampuan atau semangat belajar yang tinggi, namun kekurangan dalam hal finansial. Saat ini, terkadang ada seseorang yang berbakat dan tidak ada masalah dalam  hal finansial enggan memperoleh beasiswa. Alasannya, karena beasiswa identik dengan kekurangan dalam hal finansial. Namun, sebenarnya apa yang di maksud dengan beasiswa?
            Beasiswa merupakan pemberian berupa bantuan keuangan yang diberikan kepada perorangan yang bertujuan untuk digunakan demi keberlangsungan pendidikan yang ditempuh. Beasiswa dapat diberikan oleh lembaga pemerintah, perusahaan, ataupun yayasan. Pemberian beasiswa ini dapat dikategorikan pada pemberian cuma-cuma ataupun pemberian dengan ikatan kerja setelah selesainya pendidikan. Menurut saya, beasiswa itu merupakan sebuah penghargaan yang harus diberikan kepada setiap individu untuk mendapatkan pendidikan yang semakin layak. Sehingga beasiswa menjadi jalan terang untuk pendidikan.
            Menurut saya beasiswa pada dasarnya dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu : beasiswa untuk individu yang berprestasi, beasiswa untuk individu yang berprestasi dan kekurangan secara finansial, dan beasiswa untuk individu yang kekurangan secara finansial. Pembagian kategori ini, saya hubungkan dengan realita yang memang terjadi pada saat ini.
            Pertama, beasiswa untuk individu yang berprestasi. Kategori ini merupakan sebuah penghargaan untuk semua individu yang berprestasi agar mendapatkan haknya dalam hal pendidikan, tanpa melihat keadaan finansialnya. Dalam arti mau kaya atau miskin sama saja, asalkan berprestasi. Beasiswa ini bisa dalam bentuk sekolah ke luar negeri atau beasiswa yang diberikan pada pelajar/mahasiswa yang berjasa menemukan sesuatu hal baru. Contoh, beasiswa yang diberikan kepada siswa perakit mobil esemka sebagai apresiasi untuk menjadikan para perakit ini menjadi pemimpin dalam pembuatan mobil sejenis. Beasiswa ini juga diharapkan mampu menjadi inspirasi bagi pelajar lain dan menambah semangat mereka untuk selalu berprestasi.
            Kedua, beasiswa untuk individu yang berprestasi dan kekurangan secara finansial. Hal ini dilakukan untuk mendukung kemajuan individu yang memang berprestasi, namun kendala terbesarnya dalam hal dana. Tanpa ada beasiswa, bisa saja mereka yang berprestasi ini kemungkinan akan putus sekolah. Akan tetapi, dengan adanya beasiswa ini diharapkan memberikan semangat bagi mereka yang kekurangan secara finansial, agar terus berprestasi.
            Ketiga, beasiswa untuk individu yang kekurangan secara finansial. Hal ini dilakukan sebagai aplikasi dari hak pendidikan bagi setiap orang. Pada faktanya, di dunia pendidikan formal, Menteri Pendidikan menyatakan bahwa pada tingkat Sekolah Dasar saja angka putus sekolah mencapai 1,3% atau setara dengan 400.000 siswa. Jumlah lulusan yang tidak melanjutkan ke Jenjang Sekolah Menengah Pertama mencapai 7,2%. Kenyataan ini sangat berkaitan dengan kemiskinan. Sebab keterbatasan dana menyebabkan siswa dari keluarga yang kekurangan secara finansial tidak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
            Beasiswa itu sangatlah penting dan merupakan jalan terang untuk pendidikan. Artinya, beasiswa ini ada untuk mendukung dunia pendidikan yang semakin maju. Pada dasarnya pendidikan itu penting. Salah satunya, pendidikan diciptakan untuk memanusiakan mausia. Yang membedakan manusia dan bukan manusia adalah dari kebudayaan. Dengan kebudayaan mereka menjadi manusia, yaitu manusia yang lebih baik. Dengan memiliki kebudayaan dan menciptakan kebudayaan.
            Di era globalisasi dengan segala kecanggihannya, setiap individu dituntut untuk mempunyai pendidikan yang tinggi. Setidaknya pendidikan bermanfaat untuk individu tersebut agar bisa menghadapi kehidupannya. Pendidikan ditempuh dengan waktu yang tidak singkat, dibutuhkan kerja keras dalam hal menempuh pendidikan formal pada khususnya.
            Orang yang berpendidikan itu lebih bermanfaat bagi masyarakat. Mereka adalah orang-orang yang dibutuhkan di masyarakat. Sekalipun dari segi materi tidak berlebihan, namun konstribusinya terhadap orang banyak tidak diragukan lagi. Pada faktanyanya, ilmu pengetahuan tidak selalu bisa mendatangkan materi berlimpah. Namun orang yang berpendidikan bisa mendapatkan kemudahan dalam hidupnya.
            Pendidikan, bagaimanapun dan sampai kapanpun, mutlak bersentuhan dengan jati diri manusia. Melalui pendidikan itulah diupayakan terbentuk jati diri manusia berdasarkan keluhuran. Ketersediaan biaya pendidikan dalam bentuk beasiswa, harus menjadi landasan pijak agar akhirnya semua individu lulus sebagai pribadi yang bermartabat secara moral dan etik. Itulah sebabnya, beasiswa disalurkan bukan sekedar diperlakukan sebagai karitas, tetapi justru mengusung misi transformatif untuk mengondisikan terbentuknya kehidupan yang sepenuhnya bermakna.
            Dalam sebuah artikel di media cetak, pernah dipaparkan sebuah fakta di tengah kehidupan masyarakat bahwa eks pegawai Direktorat Jenderal Pajak Gayus Halomoan merupakan contoh figur yang riwayat pendidikannya ditandai oleh penerimaan beasiswa. Akan tetapi, Gayus Tambunan kemudian dikenal luas sebagai abdi negara yang korup dan menjungkir balik konsepsi birokrasi publik. Pemerintah mengawal proses pendidikan seorang Gayus semata dalam konteks pemberian beasiswa, tapi gagal membentuk pribadi dan jati diri yang bermartabat secara etik dan moral. Bercermin pada kenyataan buruk ini, untuk apa lalu beasiswa diberikan jika pada akhirnya seseorang malah mengutuhkan dirinya sebagai seorang koruptor di kelak kemudian hari. Maka, dari sekarang hingga masa depan, memberikan beasiswa harus dikaitkan secara kongkret dengan pendidikan karakter. Beasiswa mutlak diperlakukan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan karakter. Sekali, lagi beasiswa dapat menjadi jalan terang untuk pendidikan. Kemudian hasil dari pendidikan tersebut, akan menjadi hitam atau putih pada dasarnya tergantung dari individu tersebut.

NB : 
Diikutsertakan dalam lomba Essay Competition Pemburu Beasiswa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar