Pendidikan
merupakan hal terpenting bagi kehidupan semua orang. Setiap manusia berhak mendapat
dan berharap untuk selalu berkembang dalam kehidupan. Pendidikan secara umum
merupakan suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri setiap individu untuk
dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik
itu sangat penting. Salah satu pendidikan bagi setiap manusia diperoleh dari
pendidikan formal.
Di dunia pendidikan, tidak asing
lagi kita mendengar kata beasiswa. Dulu, beasiswa identik dengan seseorang yang
mempunyai kemampuan di atas rata-rata dalam dunia akademik. Sekarang menurut
pengamatan saya, beasiswa identik dengan seseorang yang mempunyai kemampuan
atau semangat belajar yang tinggi, namun kekurangan dalam hal finansial. Saat
ini, terkadang ada seseorang yang berbakat dan tidak ada masalah dalam hal finansial enggan memperoleh beasiswa.
Alasannya, karena beasiswa identik dengan kekurangan dalam hal finansial. Namun,
sebenarnya apa yang di maksud dengan beasiswa?
Beasiswa merupakan pemberian berupa
bantuan keuangan yang diberikan kepada perorangan yang bertujuan untuk
digunakan demi keberlangsungan pendidikan yang ditempuh. Beasiswa dapat
diberikan oleh lembaga pemerintah, perusahaan, ataupun yayasan. Pemberian
beasiswa ini dapat dikategorikan pada pemberian cuma-cuma ataupun pemberian
dengan ikatan kerja setelah selesainya pendidikan. Menurut saya, beasiswa itu
merupakan sebuah penghargaan yang harus diberikan kepada setiap individu untuk
mendapatkan pendidikan yang semakin layak. Sehingga beasiswa menjadi jalan
terang untuk pendidikan.
Menurut saya beasiswa pada dasarnya
dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu : beasiswa untuk individu yang
berprestasi, beasiswa untuk individu yang berprestasi dan kekurangan secara
finansial, dan beasiswa untuk individu yang kekurangan secara finansial.
Pembagian kategori ini, saya hubungkan dengan realita yang memang terjadi pada
saat ini.
Pertama, beasiswa untuk individu
yang berprestasi. Kategori ini merupakan sebuah penghargaan untuk semua
individu yang berprestasi agar mendapatkan haknya dalam hal pendidikan, tanpa
melihat keadaan finansialnya. Dalam arti mau kaya atau miskin sama saja, asalkan
berprestasi. Beasiswa ini bisa dalam bentuk sekolah ke luar negeri atau
beasiswa yang diberikan pada pelajar/mahasiswa yang berjasa menemukan sesuatu
hal baru. Contoh, beasiswa yang diberikan kepada siswa perakit mobil esemka
sebagai apresiasi untuk menjadikan para perakit ini menjadi pemimpin dalam
pembuatan mobil sejenis. Beasiswa ini juga diharapkan mampu menjadi inspirasi
bagi pelajar lain dan menambah semangat mereka untuk selalu berprestasi.
Kedua, beasiswa untuk individu yang
berprestasi dan kekurangan secara finansial. Hal ini dilakukan untuk mendukung
kemajuan individu yang memang berprestasi, namun kendala terbesarnya dalam hal
dana. Tanpa ada beasiswa, bisa saja mereka yang berprestasi ini kemungkinan
akan putus sekolah. Akan tetapi, dengan adanya beasiswa ini diharapkan
memberikan semangat bagi mereka yang kekurangan secara finansial, agar terus
berprestasi.
Ketiga, beasiswa untuk individu yang
kekurangan secara finansial. Hal ini dilakukan sebagai aplikasi dari hak
pendidikan bagi setiap orang. Pada faktanya, di dunia pendidikan formal,
Menteri Pendidikan menyatakan bahwa pada tingkat Sekolah Dasar saja angka putus
sekolah mencapai 1,3% atau setara dengan 400.000 siswa. Jumlah lulusan yang
tidak melanjutkan ke Jenjang Sekolah Menengah Pertama mencapai 7,2%. Kenyataan
ini sangat berkaitan dengan kemiskinan. Sebab keterbatasan dana menyebabkan
siswa dari keluarga yang kekurangan secara finansial tidak bisa melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Beasiswa itu sangatlah penting dan
merupakan jalan terang untuk pendidikan. Artinya, beasiswa ini ada untuk
mendukung dunia pendidikan yang semakin maju. Pada dasarnya pendidikan itu
penting. Salah satunya, pendidikan diciptakan untuk memanusiakan mausia. Yang
membedakan manusia dan bukan manusia adalah dari kebudayaan. Dengan kebudayaan mereka
menjadi manusia, yaitu manusia yang lebih baik. Dengan memiliki kebudayaan dan
menciptakan kebudayaan.
Di era globalisasi dengan segala kecanggihannya, setiap
individu dituntut untuk mempunyai pendidikan yang tinggi. Setidaknya pendidikan
bermanfaat untuk individu tersebut agar bisa menghadapi kehidupannya. Pendidikan
ditempuh dengan waktu yang tidak singkat, dibutuhkan kerja keras dalam hal menempuh
pendidikan formal pada khususnya.
Orang yang berpendidikan itu lebih
bermanfaat bagi masyarakat. Mereka adalah orang-orang yang dibutuhkan di
masyarakat. Sekalipun dari segi materi tidak berlebihan, namun konstribusinya
terhadap orang banyak tidak diragukan lagi. Pada faktanyanya, ilmu pengetahuan
tidak selalu bisa mendatangkan materi berlimpah. Namun orang yang berpendidikan
bisa mendapatkan kemudahan dalam hidupnya.
Pendidikan, bagaimanapun dan sampai
kapanpun, mutlak bersentuhan dengan jati diri manusia. Melalui pendidikan
itulah diupayakan terbentuk jati diri manusia berdasarkan keluhuran.
Ketersediaan biaya pendidikan dalam bentuk beasiswa, harus menjadi landasan pijak
agar akhirnya semua individu lulus sebagai pribadi yang bermartabat secara
moral dan etik. Itulah sebabnya, beasiswa disalurkan bukan sekedar diperlakukan
sebagai karitas, tetapi justru mengusung misi transformatif untuk mengondisikan
terbentuknya kehidupan yang sepenuhnya bermakna.
Dalam sebuah artikel di media cetak,
pernah dipaparkan sebuah fakta di tengah kehidupan masyarakat bahwa eks pegawai
Direktorat Jenderal Pajak Gayus Halomoan merupakan contoh figur yang riwayat
pendidikannya ditandai oleh penerimaan beasiswa. Akan tetapi, Gayus Tambunan
kemudian dikenal luas sebagai abdi negara yang korup dan menjungkir balik
konsepsi birokrasi publik. Pemerintah mengawal proses pendidikan seorang Gayus
semata dalam konteks pemberian beasiswa, tapi gagal membentuk pribadi dan jati
diri yang bermartabat secara etik dan moral. Bercermin pada kenyataan buruk
ini, untuk apa lalu beasiswa diberikan jika pada akhirnya seseorang malah
mengutuhkan dirinya sebagai seorang koruptor di kelak kemudian hari. Maka, dari
sekarang hingga masa depan, memberikan beasiswa harus dikaitkan secara kongkret
dengan pendidikan karakter. Beasiswa mutlak diperlakukan sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari pendidikan karakter. Sekali, lagi beasiswa dapat menjadi
jalan terang untuk pendidikan. Kemudian hasil dari pendidikan tersebut, akan
menjadi hitam atau putih pada dasarnya tergantung dari individu tersebut.
NB :
Diikutsertakan dalam lomba Essay Competition Pemburu Beasiswa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar